13 Agustus 2008

Kesegaran adalah kesempurnaan

Dalam memperjuangkan cita-cita seseorang senantiasa mengharapkan adanya kemajuan dari setiap langkah demi langkah menuju kesempurnaan. Saat seseorang telah mendapatkan hak yang telah diperjuangkan selanjutnya ingin menikmati hak-nya tentunya berharap mendapatkan yang setara dengan nilai perjuangan-nya, dia berharap kesempurnaan. Namun kesempurnaan di dunia abad ini menjadi realitas yang amat langka dan merupakan nilai yang sangat tinggi.

Sesuatu yang segar umumnya tidak bertahan lama, sekalipun dipertahankan dengan teknik pengawetan, nilai segarnya telah berkurang. Barang yang nilainya tinggi pada keadaan segar, jika dipertahankan kesegarannya akan turun nilainya hingga hanya tinggal fungsinya saja. Contoh nya : kita lebih suka makan telor asin yang baru diangkat dari proses pengasinan dari pada telor asin yang sudah berbulan-bulan tersimpan.

Nilai kesempurnaan untuk memenuhi kebutuhan manusia dari kebutuhan dasar hingga kebutuhan extra selalu disertai dengan persyaratan (requirement) kesegaran atau serba baru. Sayangnya upaya untuk mempertahankan kesegaran membutuhkan biaya yang sangat mahal bahkan kesegaran yang sejati jarang sekali terdistribusi ke pasar yang sangat luas. Contoh adalah buah mangga yang sudah menjadi komoditi sejak puluhan tahun lalu. Buah mangga yang anda temui di pasar maupun di supermarket itu adalah buah mangga yang diupayakan agar masa ketahanan kesegarannya lebih panjang dari yang semestinya. Gampangnya mereka ini dipanen dalam keadaan masih hijau belum matang secara merata tapi sudah cukup tua. Siapa yang bisa jamin jika mangga dalam 1 pohon itu mempunyai waktu proses kematangan yang serentak. Tidak pernah terjadi di dunia manapun bahwa buah mangga pada hari tertentu seluruh buahnya masak dan matang bersama-sama. Memang bisa saja umumnya masa matang itu terpaut beberapa hari saja. Misalnya pada hari minggu ada sepertiga yang mulai matang, dua hari berikutnya sepertiga lagi baru mulai masak dan seterusnya. Jadi kenikmatan buah mangga yang kita beli di pasaran itu adalah buah mangga yang belum waktunya matang tapi sudah mulai dipanen, itu bukan kesempurnaan. Kesempurnaannya adalah jika buah itu masak di pohon, daging buahnya terasa manis dengan aroma mangga tanpa ada rasa asam. Sayangnya justru yang masak di pohon itu kesegarannya tidak dapat bertahan lama dan tidak layak untuk melalui proses distribusi pemasaran. Dia lebih cepat rusak dan kehilangan rasa manis sempurnanya. Jika anda termasuk orang yang menuntut kesempurnaan termasuk dalam menikmati buah mangga, maka anda akan mengkonsumsi buahnya dengan cara memelihara pohonnya atau kebun mangga anda sendiri. Cara lain adalah datang langsung ke tempat pedagang mangga yang dijual di kebunnya.


Lain cerita apabila anda tidak mau pusing dan mempersoalkan kesegaran buah mangga, dan apa yang tersedia di depan mata sudah dirasakan cukup memenuhi selera, maka jadilah anda membeli barang kebutuhan sebagaimana adanya di pasaran. Untuk masa dekade yang lalu mungkin paradigma ini sangat bisa diterima dan paling masuk akal. Dengan semakin terbukanya lalulintas informasi dan cepatnya peristiwa unik dan menarik tersaji ke publik, segala sesuatu yang selama ini kita anggap wajar dan masuk akal menjadi sesuatu yang sangat mencemaskan dan bertentangan dengan anggapan kita. Ternyata.., buah mangga yang kita konsumsi apa adanya itu telah mendapat perlakukan kejam demi menyelamatkan kepentingan bisnis pedagang buah. Mereka tidak ingin rugi gara-gara barang dagangannya cepat membusuk karena kurang laku. Sering terungkap di media massa bahwa penggunaan bahan pengawet berbahaya dipakai untuk mengawetkan buah, sayuran, daging, ikan dll yang ternyata tanpa kita sadar selama bertahun-tahun masuk kedalam tubuh kita !!!.
So.., cara berpikir yang segan mempersoalkan kesegaran..., harus dipertanyakan lagi. Ternyata berpikir dan bertindak sempurna sudah mencakup hal-hal yang memperhitungkan aspek keamanan. Iya.., aman dikonsumsi...

Langsung aja coy....

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x